Februari 22, 2017

Right or Usually Right????




Kita pernah atau mungkin sering dihadapkan pada suatu hal dimana semua/banyak orang melakukannya kemudian justifikasi dari hal itu adalah hal yang biasa dilakukan, kemudian naik tingkat menjadi hal yang biasa dilakukan-benar apabila dilakukan.
Tinjau sample yang paling update saat ini: PILKADA DKI. Gw ga bakalan bahas tentang how great my ops was. Or otherwise how bad the opposite was, For the record, I was choosing No. 3, by the way (haha..what’s with the LUBER things J). The point is, saat orang2 berbondong2 memilih calon No.2 semua hal terasa benar. Semua hal terasa sangat biasa, krn banyak yang melakukannya. Karena banyak orang yang menasbihkan dirinya bahwasanya pilihan tsb yg terbaik dan paling tepat.

Gw ngga akan memaparkan betapa salahnya pilihan itu. Gw hanya melihat dari sudut pandang gw seorang ibu Rmh Tangga, which coincidentally memperhatikan apa yang keluarga gw akan hadapi bilamana kita salah melangkah dalam memilih pemimpin. Dengan ilmu gw yang cetek gw berusaha menyederhanakan kualifikasi gw. Bukan dengan seberapa tinggi prestasi calon tsb, bukan dengan seberapa bersih calon tersebut, bukan dengan seberapa ganteng, apalagi seberapa kaya calon tersebut. Sederhana versi gw yang ibu rumah tangga, yang lagi berusaha melindungi anak2 kecilnya dari bahaya dunia luar yg jahat adalah: seberapa pantas beliau kita sebut pemimpin dan seberapa besar nilai plus pemimpin tersebut di mata agama gw: ISLAM.

Pemimpin No. 1 dari kualifikasi pertama gw, mungkin ga masuk. I supposed say because he is not having many experience on leading a region. He is smart, wayyyyyy smarter than the rest of the calon. Dan dia laki2 yang bertanggung jawab sama keluarga, also dia laki2 yang taat pada orang tua, disaat dia sedang gemilang di karier nya sekarang, dengan mudahnya dia tinggalkan demi dunia yang membesarkan nama sang Ayah. Two thumbs up for this. Tp leading a multi cultural region, needs more than that. I’m sorry, I can't choose you, yet. 

Pemimpin No. 2. He might has the experience. He might has the power to do what he think he needs for the sake of this region needs. Tapi dia bukan pilihan bijak buat gw. Banyak kebijakannya yang mudah terbantahkan bagi kami umat muslim. Penghapusan seragam hijab, legalisasi minuman keras, reklamasi pantai hanya utk segolongan org, penggusuran paksa, memerintah dengan kasar, dsb. Not to mentioned also, we as a Moslem, can not choose the leader which not from our religion. Al Maidah ayat 51-52-53-54. Semua nya mengacu pada perintah yang sama. Leader disini diambil dari kata leadership seperti kata om Wiki:

Leadership is both a research area and a practical skill encompassing the ability of an individual or organization to "lead" or guide other individuals, teams, or entire organizations
 
adalah mereka yang secara non teknis dan teknis mempunyai skill dan kemampuan sebagai individu atau sebagai suatu organisasi memimpin dan membimbing orang atau tim dari suatu organisasi. 

Disaat kita salah memilih pemimpin, satu organisasi atau dlm hal ini satu Jakarta akan masuk ke jalan yang salah. What a nightmare. 

Banyak hal yang saya tidak percaya dari si calon no. 2. Terlalu byk agenda yang kita tidak bs tau. Pemimpin itu harus transparant. Ide, apa isi di kepalanya, cara dia berorganisasi, orang2 dibelakangnya, apa programnya, dsb. Kita mudah menilai dia karena dia pernah menjabat, tapi kita tetap tidak tahu seberapa besar agenda dibelakang dia, sedemikian kuat dia dilindungi oleh satu kekuatan yang menafikan kesalahan yang jelas2 dia lakukan ke umat terbesar se Indonesia.
Mohon maaf, buat yang mendukung, bebas2 saja. Yang membuat saya sedih, saya pernah membaca meme buatan, kurang lebih tulisannya : “orang bilang Hujan diturunkan Tuhan untuk menghukum AHOK dan pendukungnya, Tuhan kan tidak se baper itu”

Tulisan meme tsb sudah cukup menyakitkan. Bagi Kami yang percaya Allah lah Tuhan semesta Alam. Dia lah yang mengatur segalanya termasuk Hujan, badai, atau bahkan kapan kamu mau PUP sekalipun. Tapi ada hal yang lebih menyakitkan dari itu: saya menemukan ada teman2 saya, yang berjilbab, yang muslim, yang saya tau solatnya taat, mentertawakan meme tsb. Hey guys, you are laughing to the joke that makes fun of YOUR OWN GOD, MORON!!! (sorry kelepasan, emosi jiwa gw)

Dari situ, gw ngga suka calon No. 2. Dia mungkin tidak sejahat yang kit apikirkan, tapi dari dia lah kejahatan bisa tercipta. Sesuatu yang sudah biasa dia lakukan, kemudian akan terasa benar, karena nantinya akan dilakukan oleh semua orang karena meniru sang pemimpin. I’m sorry good bye utk calon no. 2

Comes to calon No. 3. Gw pun ngga banyak tahu tentang beliau. tapi nama besar Baswedan sebagai salah satu pahlawan Indonesia, pembawa kabar kemerdekaan Indonesia jaman penjajahan dulu, said something. Dia bukan orang sembarangan. Not to mentioned, he is also a lecturer, he is also calm, mature, and having no bad records behind his poltical career. Pendek kata, dia muslim. Dan sebagai muslim, gw mau dia jadi pemimpin. 

Tulisan nya jadi kemana2 yah :) cuman mau nulis aja betapa sampahnya politik saat ini. Membuat apa yang biasa dilakukan walaupun salah menjadi seperti benar. Menghujat agama, merasa satu golongan lebih baik dr golongan lainnya, memusuhi kawan saudara ataupun siapapun, bahkan menghina ulama pun, sudah speerti hal biasa, bahkan yang melakukannya adalah sesama muslim. Nauzu billahi min dzalik. Semua itu karena 1 orang. Dan 1 orang itu belum tentu baik. Demi Allah, semoga Allah berkenan untuk menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.