“engga mom..aku ngga apa2, aku janji ngga sakit deh”
Itu yang dibilang biya kmrn sebelum akhir kami tertidur
berduaan, karena sang papa sedang dinas malam. Namanya Ibu, walaupun hanya
tangan anaknya yg lebih anget dr suhu biasanya, saya sudah punya feeling klo
ada yang ngga beres sama kesehatan biya. Hidung mampetnya bikin suaranya yg
biasa melengking jadi lebih lemah dan bindeng. Sakit hanya sedikit mungkin ngga
bikin Biya kehilangan tingkah, tapi saya seorg ibu yg tetep aja ngga pernah
terbiasa menghadapi anak yang sakit ngga perduli berapa pun umur sang anak.
Malamnya, saya terbangun beberapa kali, memeriksa suhu
badannya yang semakin lama semakin panas. Sepertinya memang badannya sedang
melawan virus yang bersarang di tubuhnya dengan menaikkan suhunya, pada pukul
1.30 dini hari pada saat sang papa
pulang, saya menyerah, obat panas pun saya minumkan. Disitu Biya kembali
berjanji “Biya janji ngga sakit ya mom, asal dibeliin mainan dapur2an sama
kayak punya kembar (si kembar sepupunya)” saya dengan lemas menjawab “iya nak’
mom janji, ntar klo mom gajian, mom akan ajak kakak biya ke ps gembrong,
walaupun ngga sama daddy”.
Paginya dengan sangat berat, saya berangkat kerja. Jam 9 dr kntr saya telp dia,
dengar suara lemah tp cerianya, saya tau dia ngga merasakan sakit. Dia anak yg
kuat yg tabah yang ngga cengeng dengan segala masalah yg dia hadapi, tp ya saya
ibu tetaplah ibu dgn segala kekhawatirannya. Untung hr ini jumat, bsk sudah
sabtu saya bisa bebas mengurus Biya yang sakit.
Untuk saya, bekerja bukan hanya sebuah pilihan, namun
keharusan. Saya yang sejak lulus kuliah thn 2004, ngga pernah menganggur, menganggap
pekerjaan adalah bagian dr hidup saya. Bekerja adalah salah satu kegiatan yg
wajib saya jalanin. Namun, itu sebelum Biya ada. Setelah ada Biya, bekerja
tidak bisa saya pandang dengan kacamata yang sama. Bekerja menjadi suatu
kegiatan yang memaksa saya untuk meninggalkan kebahagiaan saya berkumpul dirumah
dengan BIya. Menghilang kesempatan saya untuk menemaninya bersekolah di PAUD. Walaupun
sabtu biya juga sekolah, tp saya terlalu lelah untuk bangun pagi. Saya tidak
bisa menikmati bayi Biya. Sekarang sang Biya sudah 3 th. Dan saya sudah
mengandung adiknya usia kandungan saya berjalan 7bulan. Kembali saya mencari
kacamata yg baru untuk melihat kegiatan bekerja saya, akan kah saya memandang
pekerjaan menjadi kegiatan yang sama yang akan saya pandang dengan 2 anak
menanti saya di Rumah?
Mama hanya bisa berjanji wahai 2 anak ku…mama akan bekerja
untuk mencari uang, untuk menjamin kehidupan layak demi kalian, bukan semata
meninggalkan kalian.
Mama berjanji, tidak akan melalaikan kebutuhan kalian, skrg,
nanti, atau smp mama memutuskan dan akhirnya bisa tetap tinggal dirumah hanya
demi kalian. Pekerjaan mama adalah kewajiban yg mama harus kerjakan, sedangkan
kalian adalah separuh jiwa mama. Anak-anak ku sayang….Mama mohon maaf utk
setiap kesempatan indah yang mama lewatkan. Insya Allah mama akan tetap
bersyukur walau hanya mendengarkan lewat cerita papa-eyang-atau teteh pengasuh
kalian. Mama hanya bisa berjanji, di hidup mama, sudah tidak ada lagi yang akan
menarik perhatian mama selain kalian. Dan demi itu mama tidak akan melewatkan
setiap kesempatan yg mama bisa utk apapun drpd menghabiskan waktu bersama
kalian anak-anak ku sayang”