Kadang gemes bgt kalau kita punya pendirian dan di counter
sama org lain hanya karena pendirian kita itu ngga biasa.
Kejadian sama gw yaaa karena saya melahirkan anak pertama
dlu dengan Caesar, semua org (termasuk suami) berpendapat kalau melahirkan
lewat vaginal after Caesar akan beresiko, pdhl hemat saya ya, melahirkan Caesar
yg berulang lebih beresiko dan jelas lebih sakit pasca operasinya kalau
dibandingin dengan melahirkan VBAC (Vaginal Birth After Caesar). Banyak yg
mungkin mikir saya ini ngeyel, nanti klo ada apa2 kasian sama bayi nya khan. Ya
Alloh do respect ya what I want by providing me some courage to do my best to
my life. Rasanya iri baca blog2 yg ibu2 cerita suami-keluarga semua mendukung
dia untuk melahirkan secara gentle birth. Bahkan sampai rela2 cari bidan yg
bisa melahirkan gentle birth smp ke klaten hiks. That pleasure wasn’t mine T_T
Hal tidak mainstream kedua versi saya adalah ngotot mau
memberikan ASI ke anak saya smp 2th. It was a good thing though. But many
people still looking at me like they said “doohh..it was a great effort for you
are you sure you have a benefit from that” kalau melihat saya berjuang memeras
ASI dan berusaha selalu disiplin pulang kntr demi mengejar stok ASI anak saya. Mereka
pikir saya tidak terlalu mendapat benefit dr hal yg saya lakukan ini. Menurut saya
ASI adalah hal dasar terpenting yg seorang ibu bisa berikan ke anaknya. Kasih sayang,
perhatian, waktu, semua saya curahkan untuk anak saya saat saya berusaha
memeras setetes demi setetes asi saya pada saat saya ada di kantor. Mengingatkan
saya akan betapa lama saya tinggalkan anak saya tidak akan dapat terbayarkan
hanya dengan beberapa puluh ml ASIP saya. (again) saya hanya tersenyum tanpa
berusaha menjelaskan betapa bagi saya ASI sangat penting bagi saya dan anak
saya. Lebih dr sekedar makanan penunjang hidup, tp sebuah bentuk kasih sayang
dan tanggung jawab dr saya sang ibu kepada anak saya.
Hal tidak mainstream ketiga adalah pemakaian Cloth diaper.
Saya yg dengan semangat irit dan yakin kalau membeli cloth diaper lebih irit
drpd membeli pospak, apalagi klo kita punya pembantu, keukeuh mencoba segala
macam clodi ke anak pertama saya dan calon anak kedua saya nanti. Hal ini juga
dpt cibiran dr mana. “ih buang uang aja deh harga clodi aja kan satuya bisa
seharga 40pcs pampers “ yeah Rite. My life..none
your business ^_^
Hal mainstream lain adalah dalam hal financial planning. Dlu
awal2 nikah, saya yg sok tau errr lebih tepatnya selalu ingin mencari tahu,
browsing dan baca2 tentang financial planning. Dapat di satu website (www.qmfinacial.com) yang menjelaskan
betapa ngga penting klo kita beli produk unitlink dan mengasuransikan biaya
pendidikan anak kita dengan embel2 diakhir masa asuransi kita akan dapat nilai
tunai. Dan sialnya saya baca blognya finplan itu right after I signed contract
with one of the largest insurance provider (doh!) nyusahin aja sih!! ^_^V.
akhirnya saya putuskan untuk men’cut’ asuransi saya itu dgn harapan saya tidak
merugi lebih banyak lagi. Dari pembelajaran saya yang lebih dalam lagi,
akhirnya saya membuat peta rancangan biaya pendidikan anak mulai dari TK-Kuliah
yang dialokasikan melalui reksadana dan tabungan multi rencana (punya saya
Niaga Mapan Rencana pendidikan dgn Bunga tentu saja lebih tinggi drpd tabungan
konvensional). Banyak yang mikir dan menawarkan kalau unitlink adalah hal
bijaksana demi untuk kelangsungan kehidupan pendidikan putra-putri kita. Tapi coba
kita bayangkan kalau kita bisa sedikit saja lebih cerdas mungkin anka kita bisa
mendapatkan hal yang lebih baik lagi drpada sekedar iming2 janji2 para agen
asuransi tersebut. Berbekal ketidak tahuan kita ttg unitlink, dan adanya wadah
investasi lain yang lebih menguntungkan dr sekedar unitlink,maka mereka para
agen bisa ambil keuntungan lebih dr itu.
Again,
Hal non mainstream berikutnya dan yang saya pikir terpenting
adalah ttg asuransi jiwa. Saya baca tentang betapa pentingnya kita mempunyai
asuransi jiwa. Omong2, ternyata ortu (saya & mertua) tidak setuju. Karena menurut
mereka tidak baik mengasuransikan jiwa (*tariknapas*) pdhl maksud saya yg
diasuransikan adalah pendapatan sang Breadwinner sebagai penopang hidup ahli
waris, bukan jiwa nya, maklum kadang ortu klo membicaraka jiwa masih agak sensitive.
Bagi saya yg hidup pastilah suatu saat nanti mati. Kematian ngga bisa
disiasati, tp kehidupan yg masih berjalan harus terus berjalan. Saya tidak
ingin hidup anak saya nanti tak tentu arah sepeninggalan kami nanti (*ketok2
meja*) apabila memang saya & suami tidak berumur panjang. Saya memutuskan
untuk tetap memendam keinginan membuka asuransi jiwa murni utk saya dan suami. Karena
saya tidak ingin keberadaan anak kami slepas kami tidak ada akan menjadi beban
sanak-saudara. Hopefully not!
Dulu, saya selalu berusaha menularkan hal baik walaupun
tidak mainstream saya ke banyak org. seperti soal membeli reksadana, membeli
asuransi jiwa, memakai clodi, dsb. Skrg saya tidak mau ribet memikirkan hal itu,
bagi saya cukup lah saya membawa perubahan kecil ke kehidupan saya dulu,
daripada berusaha mengadang2 perubahan besar yang sulit tercapai. Egois??? Mungkin.
Tapi saya melewati banyak hal dalam proses pencarian ini, saya harap mereka
juga mengalaminya sehingga pengetahuan yang didapat bisa lebih berarti. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar